Saturday, January 31, 2009

Waktu di Hidupku

Gelas kaca jatuh pecah
Hening tanpa suara
Burung-burung mencicit
Sibuk tanpa jeda

Bising campur hening
Ada yang bicara ada yang diam
Aku sumpek di padang yang luas

Berhenti…
Roda hidup ku berhenti
Aku lelah, aku mau cari angin
Berlarian di bibir pantai
Hingga bertemu hilir sungai

Cepatlah berputar lagi,
Aku ingin ke tempat lain
Jauh dari sini
Mungkin akan lebih indah
Aku berdiri di atas awan
Dekat matahari

Wednesday, January 28, 2009

Hujan

Dingin merambat di nadi ku
Ku berdiri di tengah hujan
Hujan deras dan besar
Aku biarkan air itu mengguyur tubuhku
Biarlah terkikis semua kini, kemarin, prasangka esok
Bawalah semua ingatan ini mengalir jauh
Wahai hujan…

Tuesday, January 27, 2009

Di Malam Menjelang Pagi

Ku tutup telepon dari mu
Aku tersenyum
Masih terasa di sudut bibir, bekas gelak canda tawa
Tawa keras tanpa paksa, karna aku, kita suka
Bersama aku, yang kau tau…

Tapi, Apa kau pernah sadar
Kalau aku palsu,
Tawa canda ku sekedar penghangat
Penyemarak langit sepi dimalam menjelang pagi
Agar aku, kita bahagia,
Agar dingin itu berganti
Walau sebentar

Tawa keras lepas,
Agar tangisku tak kau dengar

Terima kasih,
Untuk tak berkata aku penipu
Walau kau tau kalau memang ya, aku penipu !
Terima kasih untuk waktu mu 
Dan kesempatan untuk aku merasa lepas
Aku senang bertukar fikir dan kata denganmu
Aku bersyukur mengenalmu
Terima kasih temanku…


Untuk yang meneleponku di malam menjelang pagi.

Sunday, January 25, 2009

Ketakutan ‘ku

Saat ku bertemu muka sama muka
Semua di depan ku
Di hadap ku
Aku lemas, aku takut,
Aku takjub…

Sendi-sendi serasa mau lepas,
Darah ini bingung kan mengalir kemana
‘kan membawa apa
Harus bawa oksigen, atau biarkan aku mati saja ?

Aku takut
Ya, kali ini aku benar-benar
Semua bising hangar bingar
Diam !
Aku ingin sunyi
Aku mau pergi mau lari
Coba tuk pejamkan mataku
Tak mau terjaga

Mungkin dunia bunga tidur lebih indah
Aku berdoa
Semoga saat ku buka mata hilang lepas lah semuanya
Atau aku harus berlari sembunyi
Lagi…

Aku gemetar,
Aku lemas,
Aku rapuh…

Tuhan, jadikan saja aku buta,tuli, lumpuh
Agar aku tak dapat merasakan
Agar tubuh ini berhenti bergetar 

Sentak aku tampar aku !
Ombak laut tak kan pernah tenang..
Aku harus disini,
Muka ketemu muka
Bagaimana pun aku luka,
Berapa kali pun aku marah, menangis…

Friday, January 16, 2009

Gaza Malam Ini

Panas…
Siang dan malam tak kan berbeda lagi
Riuh…
Semua orang tak kan bisa terlelap

Teriakan, tangisan, makian, rintihan
Semua bercampur warna merah darah
Tak ada jalan pulang
Yang dituju hanyalah selamat
Siang kami gelap, tertutup asap
Malam kami terang, terbakar api
Sepi kami ramai akan amarah
Ramai kami sunyi karna tangisan

Anak-anak kecil pandang bintang kecil dilangit
Coba ingat wajah ayah ibu mereka

Tuhan bantulah kami
Turunkan mukjizat itu
Hanya itu yang kami tunggu
Air mata ini tak kan sanggup menggantikan
Genangan warna merah darah

Tuhan tunjukkan mereka tempatmu
Tempat damai tempat mereka pulang
Disana tak ada teriakan, tangisan, makian, rintihan
Yang hanya ada selamat

Tangis dan doa ku tak kan berhenti
Sampai genangan warna merah darah itu surut

Seperti malam yang lain
Malam ini pun tak ada yang terlelap
Karna kami tau
Tuhan, kau tak kan pernah tidur

Tuesday, January 13, 2009

Menunggu Untuk Mengerti

Banyak hal terucap
Banyak hal terbuang
Aku tak percaya…

Semakin banyak terang terpancar
Semakin tipis penglihatan
Aku makin tak percaya…

Otakku mulai di paksa lumpuh
Sendi-sendi ku bergemeretak
Saat kau mengucapkannya
Mengucapkan kata yang kita tak mengerti
Kata yang belum jelas apa maksudnya

Cinta !

Ya, aku mengingatnya
Kata mujarab yang gamang itu
Tapi apa ?
Apa bentuknya ?

Kau tak usah ucapkannya
Aku tak percaya
Malah aku tak mengerti

Aku memang menutup hatiku
Mencoba untuk tak mengetahi
Mencoba untuk tak memahami

Karena aku sedang menunggu
Menunggu dia yang bisa ajarkan itu
Yang telah benar paham cinta

Dia yang tau
Dia yang mengerti
Dia yang yakin tanpa harus bersumpah
Dia yang mengajari tanpa harus menggurui
Aku tak percaya cinta
Tapi aku yakin dia ada
Pasti masih ada…

Wednesday, January 7, 2009

Butuh Waktu

Detik ke detik…
Menit ke menit…
Semua bergerak
Semua berputar
Tapi aku diam
Diam beribu-ribu bahasa

Di sini, di sudut kamar
Ku jilati luka ku sendiri
Darah segar itu kian mengering
Ia tak lagi menetes ke lantai

Aku tak mau keluar dulu
Aku mau di sini sendiri
Jangan sampai kamu tau,
kalau mata ku sembab,
tubuh ku tersayat-sayat…

Kenapa harus begini ?
Kenapa aku harus terluka
Aku manusia, ingin senang,
ingin terbang…

Sisa sayatan tajam..
Enyahlah !
Cepat kau pergi,
kenapa begitu lama kau berdiam di sini ?
Atau kau sengaja tahan aku di sini ?